Pendahuluan

•Baru dikenal th 1981
•Menginfeksi > 42 juta orang diseluruh dunia (th 2000) à 21,8 juta meninggal.
•Paling banyak di negara2 miskin & berkembang, tu di Afrika.
•± 90.000 – 130.000 penderita HIV (+) di Indonesia (DepKes RI Agustus 2004).
•HIV adl virus dg target organ sistem imun tubuh à mudahnya tubuh terinfeksi oleh mikroorganisme lainnya.
•Prevalensi HIV pd ? hamil ~ prevalensi HIV pd seluruh populasi.
•Thailand : 0,3-1% (Kotsawang, 1995)
•Virus HIV punya 2 tipe: HIV tipe 1 dan 2.
•HIV tipe 1 à penyebab AIDS
•HIV tipe 2 à jarang ditemukan
•WHO : diduga menderita AIDS apabila memenuhi min 2 gejala mayor plus 1 gejala minor.
•Apabila laboratorium tersedia à kriteria menderita AIDS menjadi berubah yaitu uji thd antibodi HIV (+) plus minimal satu gejala.


Kriteria Dugaan Seseorang (usia >12tahun) Menderita AIDS

Gejala Mayor:
Penurunan berat badan =10% dari berat badan
Diare kronik >1 bulan
Demam lama >1 bulan (intermiten atau konstan)
Gejala Minor:
Batuk Kronis >1 bulan
Dermatitis pruritus generalisata
Riwayat herpes zoster
Kandidiasis orofaringeal
Infeksi herpes simpleks yang kronik progresif
Limfadenopati generalisata

Kriteria Dugaan Seseorang (usia >12tahun) Menderita AIDS Pada Negara Yang Dapat Melaksanakan Tes HIV

Hasil tes antibodi HIV positif ditambah dg minimal gejala dibawah ini :
Penurunan berat badan =10 dari berat badan, dengan diare atau demam, atau keduanya, >1 bulan, etiologi tidak jelas.
Kriptokokus meningitis
Tuberkulosis paru dan ekstraparu
Sarkoma Kaposi
Kelainan neurologi
Kandidiasis esofagus
Pneumonia episode rekuren atau life threatening, dengan atau tanpa etiologi
Kanker serviks invasif


Staging HIV Menurut WHO

Stage I

1. Asimtomatik
2. Limfadenopati generalisata

Stage II

3. Penurunan berat badan <10 dari berat badan 4. Manifestasi mukokutaneus minor seperti dermatitis seboroik, prurigo, ulserasi oral rekuren 5. Herpes zoster selama 5 tahun 6. Infeksi saluran pernafasan atas rekuren seperti sinusitis bakterial Stage III

7. Penurunan berat badan >10 dari berat badan
8. Diare kronik yang tidak dapat dijelaskan >1 bulan
9. Demam lama yang tidak dapat dijelaskan (intermiten atau konstan) >1 bulan
10. Kandidiasis oral
11. Hairy leukoplakia oral
12. Tuberkulosis paru
13. Infeksi bakterial berat seperti pneumonia, pyomyositis

Stage IV

14. HIV wasting syndrome
15. Pneumocysitis carinii pneumonia
16. Toxoplasmosis otak
17. Kriptosporidiosis dengan diare >1 bulan
18. Kriptokokosis ekstrapulmonal
19. Infeksi sitomegalovirus yang melibatkan satu organ selain hati, limpa dan kelenjar limfe seperti retinitis
20. Infeksi virus herpes simpleks, mukokutaneus (>1 bulan) atau visceral
21. Leukoensefalopati multifokal progresif

Lanjutan Stage IV

• Mikosis endemik
• Kandidiasis esofagus, trakea, dan bronkus
• Mikobakteriosis atipikal
• Salmonela non-tifoid septikemia
• Tuberkulosis ekstraparu
• Limfoma
• Sarkoma Kaposi
• HIV Ensefalopati

Masalah HIV dari segi perinatologi

Dengan makin meningkatnya prevalensi pengidap HIV di masyarakat maka prevalensi HIV pada ibu hamil juga akan meningkat.
Penularan vertikal/perinatal HIV memegang peranan penting terhadap tingginya prevalensi HIV di masyarakat.
Sampai sekarang belum didapatkan adanya vaksin untuk pencegahan HIV.
Menyusui bayi merupakan salah satu cara penularan perinatal, sehingga perlu dilarang.
Skrining HIV pada ibu hamil belum dilaksanakan.
Penularan parenteral dari pasien ke petugas rumah sakit perlu menjadi perhatian.


Pengaruh HIV terhadap kehamilan

Jika sudah terjadi AIDS :
•Terdapat pengaruh besar dengan terjadinya
Prematuritas
Kematian janin dalam kandungan
•Blm ada bukti HIV mjd bertambah progresif pd kehamilan.
•Dilaporkan tidak adanya hubungan antara infeksi HIV dengan makin meningkatnya cacat bayi.


Penularan HIV

?Penularan Parenteral
? Transfusi darah
? Tertusuk jarum suntik
?Penularan Seksual
? Wanita tertular HIV dari laki-laki pengidap HIV 20 kali > dari kemungkinan seorang laki-laki tertular dari wanita pengidap HIV
?Penularan perinatal
? penularan HIV dari ibu ke bayi yang dapat terjadi in-utero atau intra uterin, perinatal / saat persalinan dan pasca persalinan melalui air susu ibu
? Resiko transmisi pada ibu yang tidak menyusui ke anak 15-30%, jika menyusui mjd 20-45%


Faktor yang berpengaruh terhadap penularan perinatal

Faktor virus-> makin tinggi titer virus, makin infeksius.
Faktor Host (ibu hamil); sistim kekebalan tubuh, nutrisi, anemia.
Faktor Obstetrik; lama dan cara persalinan.
Faktor bayi; aterm/prematur dan adanya lecet pada bayi.


Penanganan pasien hamil dengan HIV

•Penanganan ante partum
•Penanganan intra partum
•Penanganan pasca persalinan


Penanganan ante partum

a.Konseling
Pada kehamilan trimester pertama, konseling perlu dilakukan dengan intensif untuk memutuskan apakah kehamilan akan diteruskan atau tidak.


b. Pemeriksaan ante natal
-Dilakukan pemeriksaan ante natal seperti
biasa, tetapi perlu dilakukan eksplorasi
mengenai partner hubungan seksual.
-Pemberian zidovudin tab 400 mg 4x1, sejak
kehamilan 14 – 34 minggu
-Pemberian tab kombinasi lamivudin 150 mg
dan zidovudin 400 mg ( 2x1) sampai kehamilan
38 minggu
-direncanakan terminasi usia kehamilan 38
minggu


ANC

Rencana terminasi :
A.idealnya SC elektif dengan profilaksis
B.Pervaginam dengan profilaksis


Paradigma saat ini : dipilih cara A

ANC

Profilaksis :
Pemberian tab kombinasi lamivudin 150 mg dan zidovudin 400 mg ( 2x1) sampai kehamilan 38 minggu
Dosis Lamivudine yang dianjurkan 150mg 1kali/hari pada saat hari kelahiran sampai 4 minggu
Dosis Zidovudine yang dianjurkan adalah 400 mg 4 kali/hari mulai dari kehamilan 14-34 minggu.
Pada persalinan diberikan secara bolus 2mg/kgBB, diteruskan infus 1 mg/kg/BB/hari sampai terjadi persalinan
Bayi yang baru lahir diberikan syrup zidovudin 2mg/kgBB 12 jam post partum, setiap 6 jam sampai umur 6 minggu
Sedangkan ibu diberikan juga sampai 4 minggu


c. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan yang umum dilakukan pada ibu hamil
Pemeriksaan untuk mengetahui adanya infeksi oportunis
Pemeriksaan imunologik

Pemeriksaan yang perlu dilakukan :
Thorak foto untuk mengetahui adanya pneumonia,
Pemeriksaan imunologik; Th,Tc, IgA,
Pemeriksaan; TOCH, Lues, GO, Candida.Chlamydia, VHB.
Pemberian obat anti virus kombinasi Lamivudine+Zidovudine pada ibu hamil dengan HIV akan menurunkan jumlah virus sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya penularan perinatal.

Kemajuan penyakit secara klinis dimonitor dengan jumlah sel CD4

1.Jumlah CD4>500/mL ? tidak menunjukan bukti klinis immunosupresion
2.Jumlah CD4 200-500/mL? gejala dan memerlukan intervensi daripada jumlah yg banyak.
3.Jumlah CD4<200/mLdisertai sariawan atau demam selama 2 minggu atau lebih ? resiko yang meningkat untuk mengembangkan penyakit yang komplikasi Meminimalkan resiko transmisi

Ibu hamil mendapat terapi Highly Active Antiretroviral Therapy (HAART)
Harus dilakukan dengan operasi cesar elektif disertai profilaksis
Bayi tidak boleh disusui
4 tahun lalu WHO masih merekomendasikan pemberian ASI sekarang tidak dianjurkan

VAKSIN HIV

Meskipun cukup banyak penelitian yang memperlihatkan titik terang namun hambatan pada perkembangan vaksin HIV tetap saja ada, diantaranya sifat mutabilitas virus HIV yang tinggi dan sulitnya mengukur tingkat respon imun yang adekuat sebagai proteksi terhadap HIV.
Multivitamin
Progresivitas kelompok ibu hamil yang mendapat multivitamin lebih rendah
Kelompok multivitamin juga memiliki nilai CD4+, CD8+ dan CD3+ yang lebih tinggi dengan viral load yang rendah.


Penanganan intra partum

Hindari memecah ketuban pada awal persalinan
Terjadinya partus lama
Laserasi pada ibu maupun bayi
Penolong persalinan harus memakai kaca mata pelindung, masker, baju operasi yang tidak tembus air
Jika persalinan pervaginam terjadi desinfektan yang dianjurkan adalah klorin, antiseptik yang dipilih adalah klorheksidin, dibilas dengan klorin yang diencerkan
Persalinan dengan Secsio Caesarea terbukti dapat menurunkan resiko terjadinya transmisi pada beberapa penelitian.
Secsio Caesarea elektif dapat menurunkan resiko sebesar lebih dari 50%.
wanita hamil dan mendapat terapi antiretroviral long-course dan persalinan SC elektif maka resiko terjadinya transmisi hanya sebesar 0,8% sedangkan bila persalinan secara pervaginam sebesar 6,6%.

Kesimpulan

•Resiko penularan vertikal dapat ditekan dengan optimal jika terminasi kehamilan dilakukan dengan SC elektif dan pemberian antiretroviral selama kehamilan dan perinatal dibandingkan pervaginam atau SC yang tidak terjadwal, serta pemberian ASI tidak dilakukan.
•Pengobatan menggunakan obat kombinasi bukan single drug.


ART- Program Pemerintah

•Tim pengendali adalah pokja yang ditunjuk pemerintah ( RSCM,
RSUP Dr. Sardjito,RSUP Dr. Soetomo)
•Anti retro viral diberikan secara gratis dengan syarat: hasil ELISA positif, gejala infeksi oportunistik, jumlah CD4 <200, limfosit total <1200

Read More.